Setelah aku keluar dari lintasan...
Meninggalkan
hampir semua keharusan yang mesti aku lakukan pada jalan Tuhan...
Semua
itu terjadi dengan sadar,
bahwa aku memang mengambil keputusan ini :
meninggalkan jalan yang katanya benar.
segala kegagalan, frustasi,
kepenatan, dalam mengisi hidup yang tak menyenangkan dan tak
menenangkan.
Hidup yang kulalui tanpa upaya pendekatan diri pada cahaya
abadi membuatku makin tak survive.
ini salah satu uji coba yang
kulakukan, dimana aku hanya ingin mengejar kenikmatan duniawi (Harta,
Wanita, Tahta).
Dan yang aku dapatkan adalah masalah yang beruntut.
Bagi orang yang pernah meniti jalan kebaikan, memang tak sepenuhnya aku
melupakan “kenyataan Tuhan”.
Pada saat aku berpikir tentang hal-hal di
luar nilai agama,
saat itu pula aku sebenarnya meyakini bahwa Tuhan
memang nyata.
Tapi itu tak lantas membuatkan langsung tobat dan kembali
pada aturan-Nya.
Aku tetap berkeras diri meninggalkan segala kewajiban
sebagai mahluk ciptaan-Nya.
Semakin jauh, semakin aku tak bisa
benar-benar mengingkari “Kenyataan Tuhan”.
Dalam “dosa2” aku mendapatkan
kesimpulan sendiri tentang bagaimana mestinya manusia berpikir,
bersikap, dan berbuat.
Ketika shalat, sangat terasa bedanya ketika aku
melakukannya sebelum menempuh jalan yang kering meradang ini.
Aku
melaksanakan shalat, seperti ada tabir yang membenturkan komunikasiku
dengan Tuhan.
Shalat yang kulakukan hanyalah sekedar bergerak dan
bercuap-cuap saja.
Tak ada nada indah yang terekam dalam bathinku.
Hambar, tak ada efek sama sekali... ya allah'''...mampukah sedikit demi
sedikit tabir rahasia ini dapat kutembus hingga aku tak pernah mau
memprediksikannya.
Yang penting bagiku sekarang adalah terus berupaya
menembus tabir cahaya itu.
Ya, mungkin istilah TABIR CAHAYA itu agaknya
tepat untuk menggambarkan kebuntuan... bahwa q'... ingin
bertobat'''...ku'..ingin kembali ke jalan yg Enkaw Ridhoi''...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar