PALANTA

Hal yang paling kecil bisa mengubah hidupmu. Dalam sekejap mata sesuatu terjadi di luar perkiraan dan tak terduga. Mengarahkanmu ke masa depan yang tak pernah kamu bayangkan sebelumnya. Kemana itu akan membawamu ? Itulah perjalanan kehidupan. "YOU'LL NEVER WALK ALONE"

Senin, 19 Agustus 2013

Kurs Tukar Nominal vs. Riil


Kurs Tukar Nominal

Jika kurs tukar sebuah negara, misalnya yen, mengalami depresiasi (penurunan nilai) terhadap kurs tukar negara lain, misalnya US$, maka yen akan menjadi murah bagi penduduk negara Amerika. Ini akan memicu ekspor dari Jepang ke Amerika meningkat, sedangkan impor dari Amerika ke Jepang menurun. Ilustrasinya dapat dilihat sebagai berikut :

Misalnya kurs yen terhadap dolar adalah 100 (yaitu $1 = 100 yen), harga komputer buatan Jepang adalah 30.000 yen di Jepang dan harga komputer buatan Amerika adalah $200 di Amerika. Sekarang misalkan yen melemah sebesar 100%, sehingga kurs tukar yen terhadap dolar menjadi 200 (yaitu $1 = 200 yen). Jika harga komputer tidak berubah di kedua negara, maka jika dihitung dalam US$ komputer buatan Jepang kini berharga $150 (dari 30.000 / 200) dan komputer buatan Amerika tetap $200. 

Akibatnya, kini Amerika akan cenderung untuk mengimpor komputer dari Jepang, karena harga komputer Jepang kini lebih murah dibandingkan komputer Amerika. Sedangkan Jepang akan cenderung untuk mengurangi impor dan lebih memilih menggunakan komputer buatannya sendiri, karena kini harganya lebih murah.Maka dengan asumsi biaya transportasi sangat kecil, Jepang akan cenderung untuk mengimpor komputer dari Amerika, karena harga komputer buatan Jepang lebih mahal jika dihitung dalam US$, yaitu $300 dibandingkan dengan buatan Amerika yang hanya $200.

Pada ilustrasi diatas, dapat dilihat bagaimana penurunan kurs tukar akan cenderung mendorong ekspor dan menurunkan impor suatu negara. Sebaliknya pula, penguatan kurs tukar akan cenderung menurunkan ekspor dan menaikkan impor (karena harga produk ekspor menjadi relatif mahal bagi konsumen negara lain dan harga produk impor menjadi relatif murah bagi konsumen di dalam negeri).

Kurs Tukar Riil
Ilustrasi diatas akan memberikan hasil yang berbeda jika kurs tukar riil digunakan (yaitu kurs tukar efektif setelah memperhitungkan inflasi). Misalnya pada contoh sebelumnya, dimana yen mengalami depresiasi sebesar 100% sehingga $1 = 200 yen. Namun kini terjadi inflasi besar-besaran di Jepang sebesar 120%, sementara tidak ada inflasi di Amerika. Inflasi di Jepang ini akan menaikkan harag komputer Jepang menjadi 66.000 yen (dari sebelumnya 30.000 yen). Pada kurs $1 = 200 yen, harga komputer buatan Jepang dalam US$ menjadi $330. Sementara itu, harga komputer buatan Amerika tetap $200. 

Maka Jepang tetap akan mengimpor dari Amerika karena bagaimanapun harga komputer buatan Amerika tetap lebih murah, sedangkan ekspor Jepang ke Amerika akan cenderung turun. Hal ini seolah-olah yen mengalami apresiasi (penguatan nilai, mendorong impor naik dan ekspor turun), padahal yang terjadi adalah depresiasi.

Pada ilustrasi diatas, meskipun kurs tukar nominal yen melemah (terdepresiasi) 100%, namun kurs tukar riilnya ternyata naik. Hal ini dikarenakan tingkat inflasi Jepang meningkat lebih dari 100%.
Kurs tukar riil merupakan hal yang penting diperhatikan, terutama oleh perusahaan yang beroperasi di negara lain. Misalnya jika ada perusahaan Amerika yang beroperasi di Jepang dan Jepang mengalami inflasi lebih tinggi dari Amerika, sementara kursnya tidak berubah, maka yen sebenarnya telah mengalami apresiasi riil terhadap US$. 

Ini tentunya akan berdampak bagi anak perusahaan Amerika yang beropreasi di Jepang. Dampak yang terjadi akibat apresiasi riil ini umumnya sama dengan dampak dari apresiasi nominal, misalnya :
1. Produk impor yang masuk akan semakin banyak, sehingga intensitas persaingan meningkat.
2. Ekspor akan cenderung turun, karena harga produk ekspor menjadi relatif mahal bagi konsumen di negara lain.
3. Jika ada pengiriman hasil keuntungan dari anak perusahaan di Jepang ke perusahaan induk di Amerika (repatriasi laba), jumlahnya akan lebih besar. Hal ini karena inflasi di Jepang menaikkan harga produk yang dijual di dalam negeri, sehingga total pendapatan anak perusahaan meningkat.

Sumber: http://yasinta.net


Tidak ada komentar: